Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Selasa, 12 November 2013

Seberkas Mimpi di Ujung Desa Pinggir Tambang

Share
“Gus, kita tukeran ya? Kan gak bisa kalau satu sekolah ada 2 profesi yang sama.” Sesama fiskus se-almamater meminta saya beberapa waktu yang lalu. 

Sebelumnya, saya tercengang mendengar penuturan Bapak Kepala Sekolah di SD Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro. Mengapa? Di SD Negeri ini tercatat 54 siswa terdaftar namun, menurut penuturan Kepala Sekolah, hanya 48 siswa yang aktif belajar, sisanya disebutnya “titipan”. Ya, di salah satu kawasan ladang minyak yang dikelola secara tradisional oleh warganya sendiri ini, pendidikan kurang begitu diperhatikan. Di sekitar sekolah, bisa dibilang orang tua mereka kebanyakan orang yang mampu. Kalau diperhatikan, dalam satu sekolah –kelas 1 sampai kelas 6- HANYA ADA 48 siswa. Kelas 6 hanya ada 1 orang siswa. Begitu bersemangat saya mendengar ditempatkan disana dalam Kelas Inspirasi. Harus ada yang dilakukan, pikir saya.

Dua hari berikutnya, seorang Account Representative yang lulusan Diploma IV menyambangi meja saya. Oleh Kelas Inspirasi Jawa Timur (KI Jatim, begitu disebutnya), beliau diminta untuk mengajar di SD Manukan, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro.  Rencananya, AR ini akan menumpang mobil fotografer KI Jatim yang ditugaskan di SD Wonocolo, jadilah saya menggantikannya di SD Manukan. Sekolah ini terletak tidak jauh dari pengeboran minyak di Banyu Urip dan sekitarnya. Sedikit bingung karena gambaran mengenai sekolah tersebut tidak ada sama sekali meskipun letaknya hanya sekitar 14 Km dari Bojonegoro. Sedihnya lagi, fasilitator SD tersebut tidak memberi balasan mengenai gambaran sekolah lewat Short Message Service. Konsep yang ada pun tidak saya ubah, berharap tidak beda jauh kondisinya.

Setibanya dari Jogjakarta, saya langsung bergegas menyiapkan beberapa properti yang bisa diperoleh di Surabaya (sebenarnya hanya baju berlogo DJP pinjaman dari rekan satu seksi,hehe). Siangnya, langsung meluncur ke kota kelahiran, Bojonegoro. Saya harus berterima kasih dengan kakak saya dalam menyiapkan property ini. Karena beliau, saya memperoleh LCD Proyektor. Malam itu juga saya menyiapkan 100 lembar kertas berwarna untuk membuat origami. Nah ketika ingin menyiapkan LCD Proyektor, barangnya belum bisa diambil. Malam itu ada Big Match English Premier League, MU vs Arsenal, dan proyektor tersebut masih digunakan untuk nonton bareng.

“Kita ikutan nonton bareng ae mas!” usul saya
“Jam berapa kick off-nya?” tanya kakak
“Sekitar 22.30, mas”
Yawes, aku tak kesana dulu”

Beberapa menit setelah cabut, beliau telepon ngajak gabung nonton bareng MotoGP dulu. Kebetulan saya harus menyiapkan bahan buat esok hari, jadi saya tolak ajakannya. Selepas MotoGP bubaran –Marquez juara MotoGP- kakak saya sudah kelihatan ngantuk dan tiba-tiba sudah molor di kursi. Ah besok juga bisa, pikir saya. Paginya, ternyata kakak saya harus nunggu lagi pertandingan Liga Italia, Juventus vs Napoli, bubaran baru bisa dipinjam, padahal pagi ini beliau harus berangkat ke Malang.

Berbekal LCD Proyektor, Laptop, kertas origami, dan sedikit hadiah, pagi itu saya meluncur ke SD Manukan bersama Fauns, seorang pengajar di bidang IT, dan seorang wartawan Jawa Pos sebagai Relawan Fotografer. Setelah menjemput seorang pengajar yang juga Freelance Writer , kami disambut oleh Kepala SD Manukan sekaligus mengajak kami ikut upacara bendera. Profesional yang mengajar hari ini adalah seorang crafter (pengrajin), seorang PNS Daerah (saya juga kurang begitu tahu materi yang dibawa), seorang penulis, seorang ahli IT, seorang penyiar radio, dan saya. Wajah ceria siswa SD itu sungguh mengesankan, apalagi ketika saya ajak diambil fotonya, mereka sumringah dan bergaya bak model :D.

sebelum upacara, foto dulu ah

petugasnya spesial bak Miss World :D
Sang Saka Merah Putih siap dikibarkan

Setelah briefing singkat dari fasilitatornya, saya kebagian kelas 5. Tidak seperti SD Wonocolo, siswa SD disini cukup banyak. Kelas 3 dan Kelas 5 sampai harus diisi masing-masing oleh 2 pengajar dan siswa kelas 1 dan 2 dipulangkan lebih awal (Horee…!).

Kelas 5

Saya berkesempatan berbagi kelas dengan Fauns. Saya cukup ribet dengan peralatan yang saya bawa mengingat belum ada stop kontak di ruangan kelas dan harus mencari rol kabel yang ada sementara Fauns sudah mengawali dengan perkenalan. Selesai berbenah dengan LCD Proyektor, saya mulai menyapa kelas dengan hai-halo, mungkin sudah sering digunakan. Kelas ini sungguh rame anaknya, banyak celoteh namun sangat antusias. Komik tentang pajak urung saya gunakan karena kelas sepertinya aktif sekali berceloteh. Dengan minions dan game tik-tak-bom, saya akhirnya berhasil mendapatkan perhatian mereka. Berbekal kamera yang saya bawa, saya pancing mereka untuk mengekspresikan cita-cita mereka. Ada calon artis, chef, programmer, fotografer, guru, dan banyak calon pemain sepakbola di kelas ini.
Calon penerus Samsul Arif, pemain timnas asal Bojonegoro


Calon Dokter

Atlet Bulutangkis Olimpiade Tahun 2026

Aktris sinetron masa depan

nih pak tifatul, progammer kita di masa depan

Pramugari Garuda semasa SD kayak gini ni

Kelas 3

DI kelas ini, tak kalah gaduhnya dengan kelas sebelumnya, namun saya langsung dapat perhatian mereka begitu saya pasang LCD Proyektor dan menarik keingintahuan mereka tentang alat ini. Well, the next is easier part than before. Antusiasme mereka tak berhenti meskipun sesi saya sudah usai. Saya ajak membuat origami bangau, yang mereka tulis dengan cita-cita mereka. Origami ini, saya terinspirasi oleh cerita Sadako Sasaki, salah satu korban Perang Dunia II dari Jepang yang meninggal karena Leukimia. Semangat mereka luar biasa sekali. Akan sangat menyedihkan apabila Bojonegoro 20 tahun lagi tidak lebih baik daripada hari ini.
Kertas Origami
Seberkas mimpi dalam origami bangau

Mereka sungguh bersemangat dengan cita-cita mereka, tanpa malu mengungkapkannya. Meskipun menurut penuturan pengajar lain, beberapa menulis penambang pasir di sungai sebagai cita-cita mereka, namun mereka masih punya banyak waktu untuk berkembang, belajar, dan berkesempatan berbuat melebihi apa yang mereka pikir saat itu. 

Kegiatan ini ditutup dengan pelepasan balon ke udara yang telah ditempeli cita-cita mereka. Sayangnya, pengadaan balon ini sangat mendadak sehingga para siswa harus menunggu balon itu ada. Sepertinya, persiapan fasilitator di SD ini masih kurang, pun dengan koordinasi pada pengajarnya. Seorang arsitektur berpindah ke SD Wonocolo sedangkan di SD ini sudah disiapkan permintaanya (meski belinya mendadak pula) dan seorang lagi mengundurkan diri.

Balon cita-cita
Bagaimana siswa SD Manukan? They were awesome! They will be more more awesome!

5 comments:

  1. Wih manteb catatanya, tinggal aku ya yang ceritanya nanti.......

    BalasHapus
    Balasan
    1. halah mas, asal2an ngene.
      sipp, ditunggu ya? :))

      Hapus
  2. Generasi Emas dan Masa Depan Bojonegoro.....

    BalasHapus
  3. Terima kasih sya smpaikn kpd penulis yg menceritakan kesannya ketika mengajar sehari di SD Kami, mohon kiranya silaturahim kita tidak putus dari team penulis cerita berkenan mengunjungi sekolah kami lagi. Sya p.pur salah satu pengajar di SDN Manukan

    BalasHapus
  4. Terima kasih sya smpaikn kpd penulis yg menceritakan kesannya ketika mengajar sehari di SD Kami, mohon kiranya silaturahim kita tidak putus dari team penulis cerita berkenan mengunjungi sekolah kami lagi. Sya p.pur salah satu pengajar di SDN Manukan

    BalasHapus