“Gus, kita tukeran ya? Kan gak bisa kalau satu sekolah ada 2
profesi yang sama.” Sesama fiskus se-almamater meminta saya beberapa waktu yang
lalu.
Sebelumnya, saya tercengang mendengar penuturan Bapak Kepala
Sekolah di SD Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro. Mengapa? Di SD
Negeri ini tercatat 54 siswa terdaftar namun, menurut penuturan Kepala Sekolah,
hanya 48 siswa yang aktif belajar, sisanya disebutnya “titipan”. Ya, di salah
satu kawasan ladang minyak yang dikelola secara tradisional oleh warganya
sendiri ini, pendidikan kurang begitu diperhatikan. Di sekitar sekolah, bisa dibilang orang tua mereka kebanyakan orang yang mampu. Kalau diperhatikan, dalam
satu sekolah –kelas 1 sampai kelas 6- HANYA ADA 48 siswa. Kelas 6 hanya ada 1 orang
siswa. Begitu bersemangat saya mendengar ditempatkan disana dalam Kelas Inspirasi.
Harus ada yang dilakukan, pikir saya.
Dua hari berikutnya, seorang Account Representative yang lulusan Diploma IV menyambangi meja
saya. Oleh Kelas Inspirasi Jawa Timur (KI Jatim, begitu disebutnya), beliau
diminta untuk mengajar di SD Manukan, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro. Rencananya, AR ini akan menumpang mobil
fotografer KI Jatim yang ditugaskan di SD Wonocolo, jadilah saya
menggantikannya di SD Manukan. Sekolah ini terletak tidak jauh dari pengeboran
minyak di Banyu Urip dan sekitarnya. Sedikit bingung karena gambaran mengenai
sekolah tersebut tidak ada sama sekali meskipun letaknya hanya sekitar 14 Km
dari Bojonegoro. Sedihnya lagi, fasilitator SD tersebut tidak memberi balasan
mengenai gambaran sekolah lewat Short
Message Service. Konsep yang ada pun tidak saya ubah, berharap tidak beda
jauh kondisinya.
Setibanya dari Jogjakarta, saya langsung bergegas menyiapkan
beberapa properti yang bisa diperoleh di Surabaya (sebenarnya hanya baju
berlogo DJP pinjaman dari rekan satu seksi,hehe). Siangnya, langsung meluncur
ke kota kelahiran, Bojonegoro. Saya harus berterima kasih dengan kakak saya
dalam menyiapkan property ini. Karena beliau, saya memperoleh LCD Proyektor.
Malam itu juga saya menyiapkan 100 lembar kertas berwarna untuk membuat
origami. Nah ketika ingin menyiapkan LCD Proyektor, barangnya belum bisa
diambil. Malam itu ada Big Match English Premier League, MU vs Arsenal, dan
proyektor tersebut masih digunakan untuk nonton bareng.
“Kita ikutan nonton bareng ae mas!” usul saya
“Jam berapa kick off-nya?”
tanya kakak
“Sekitar 22.30, mas”
“Yawes, aku tak
kesana dulu”
Beberapa menit setelah cabut, beliau telepon ngajak gabung
nonton bareng MotoGP dulu. Kebetulan saya harus menyiapkan bahan buat esok
hari, jadi saya tolak ajakannya. Selepas MotoGP bubaran –Marquez juara MotoGP-
kakak saya sudah kelihatan ngantuk dan tiba-tiba sudah molor di kursi. Ah besok
juga bisa, pikir saya. Paginya, ternyata kakak saya harus nunggu lagi
pertandingan Liga Italia, Juventus vs Napoli, bubaran baru bisa dipinjam,
padahal pagi ini beliau harus berangkat ke Malang.
Berbekal LCD Proyektor, Laptop, kertas origami, dan sedikit
hadiah, pagi itu saya meluncur ke SD Manukan bersama Fauns, seorang pengajar di
bidang IT, dan seorang wartawan Jawa Pos sebagai Relawan Fotografer. Setelah
menjemput seorang pengajar yang juga Freelance
Writer , kami disambut oleh Kepala SD Manukan sekaligus mengajak kami ikut
upacara bendera. Profesional yang mengajar hari ini adalah seorang crafter (pengrajin), seorang PNS Daerah
(saya juga kurang begitu tahu materi yang dibawa), seorang penulis, seorang
ahli IT, seorang penyiar radio, dan saya. Wajah ceria siswa SD itu sungguh
mengesankan, apalagi ketika saya ajak diambil fotonya, mereka sumringah dan
bergaya bak model :D.
sebelum upacara, foto dulu ah |
petugasnya spesial bak Miss World :D |
Setelah briefing singkat dari fasilitatornya, saya kebagian
kelas 5. Tidak seperti SD Wonocolo, siswa SD disini cukup banyak. Kelas 3 dan
Kelas 5 sampai harus diisi masing-masing oleh 2 pengajar dan siswa kelas 1 dan
2 dipulangkan lebih awal (Horee…!).
Kelas 5
Saya berkesempatan berbagi kelas dengan Fauns. Saya cukup
ribet dengan peralatan yang saya bawa mengingat belum ada stop kontak di
ruangan kelas dan harus mencari rol kabel yang ada sementara Fauns sudah
mengawali dengan perkenalan. Selesai berbenah dengan LCD Proyektor, saya mulai
menyapa kelas dengan hai-halo,
mungkin sudah sering digunakan. Kelas ini sungguh rame anaknya, banyak celoteh
namun sangat antusias. Komik tentang pajak urung saya gunakan karena kelas
sepertinya aktif sekali berceloteh. Dengan minions dan game tik-tak-bom, saya
akhirnya berhasil mendapatkan perhatian mereka. Berbekal kamera yang saya bawa,
saya pancing mereka untuk mengekspresikan cita-cita mereka. Ada calon artis,
chef, programmer, fotografer, guru, dan banyak calon pemain sepakbola di kelas
ini.
Calon penerus Samsul Arif, pemain timnas asal Bojonegoro |
Calon Dokter |
Atlet Bulutangkis Olimpiade Tahun 2026 |
Aktris sinetron masa depan |
nih pak tifatul, progammer kita di masa depan |
Kelas 3
DI kelas ini, tak kalah gaduhnya dengan kelas sebelumnya,
namun saya langsung dapat perhatian mereka begitu saya pasang LCD Proyektor dan
menarik keingintahuan mereka tentang alat ini. Well, the next is easier part than before. Antusiasme mereka tak
berhenti meskipun sesi saya sudah usai. Saya ajak membuat origami bangau, yang
mereka tulis dengan cita-cita mereka. Origami ini, saya terinspirasi oleh
cerita Sadako Sasaki, salah satu korban Perang Dunia II dari Jepang yang
meninggal karena Leukimia. Semangat mereka luar biasa sekali. Akan sangat
menyedihkan apabila Bojonegoro 20 tahun lagi tidak lebih baik daripada hari
ini.
Kertas Origami |
Mereka sungguh bersemangat dengan cita-cita mereka, tanpa
malu mengungkapkannya. Meskipun menurut penuturan pengajar lain, beberapa
menulis penambang pasir di sungai sebagai cita-cita mereka, namun mereka masih
punya banyak waktu untuk berkembang, belajar, dan berkesempatan berbuat
melebihi apa yang mereka pikir saat itu.
Kegiatan ini ditutup dengan pelepasan balon ke udara yang telah ditempeli cita-cita mereka. Sayangnya, pengadaan balon ini sangat mendadak sehingga para siswa harus menunggu balon itu ada. Sepertinya, persiapan fasilitator di SD ini masih kurang, pun dengan koordinasi pada pengajarnya. Seorang arsitektur berpindah ke SD Wonocolo sedangkan di SD ini sudah disiapkan permintaanya (meski belinya mendadak pula) dan seorang lagi mengundurkan diri.
Bagaimana siswa SD Manukan? They were awesome!
They will be more more awesome!
Wih manteb catatanya, tinggal aku ya yang ceritanya nanti.......
BalasHapushalah mas, asal2an ngene.
Hapussipp, ditunggu ya? :))
Generasi Emas dan Masa Depan Bojonegoro.....
BalasHapusTerima kasih sya smpaikn kpd penulis yg menceritakan kesannya ketika mengajar sehari di SD Kami, mohon kiranya silaturahim kita tidak putus dari team penulis cerita berkenan mengunjungi sekolah kami lagi. Sya p.pur salah satu pengajar di SDN Manukan
BalasHapusTerima kasih sya smpaikn kpd penulis yg menceritakan kesannya ketika mengajar sehari di SD Kami, mohon kiranya silaturahim kita tidak putus dari team penulis cerita berkenan mengunjungi sekolah kami lagi. Sya p.pur salah satu pengajar di SDN Manukan
BalasHapus