Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Sabtu, 01 September 2012

Negeri Para Bedebah : menarik!!

Share

"Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah petarung sejati tidak akan pernah berkhianat"

Buset, ini novel apa buku ekonomi?  Itulah yang terlintas di pikiran pas pertama baca. Namun ringan ketika menyinggung tetek bengek tentang ekonomi. Kurva-
kurva dan teori-teori yang pernah saya baca sebegitu ringannya di-prosa-kan (penulis blog begini lulusan diploma III Akuntansi). Well, ini masih novel kan? (Berasa baca buku makro ekonomi).
Namun fokus utama bukanlah pada gonjang ganjing ekonomi akibat suprime mortgage di US sana, tapi serunya pelarian seorang konsultan keuangan dunia dari divisi elit polisi. Bagaimana seorang baik-baik dari kalangan terhormat menjadi buronan orang nomor dua di kepolisian?
Ok, kita mulai dari tokoh utama yang  bernama Thomas. Seorang profesional muda, lulusan sekolah terbaik di luar negeri, dan punya kantor sendiri. It seems a perfect life sampai ketemu dengan masa lalu yang ingin disingkirkannya dari pikirannya. Tapi apa yang terjadi? Dalam kurun waktu kurang dari 50 jam, harus melarikan keluarga besarnya dan staff setianya dari kejaran sepasukan elite kepolisian. Pamannya sebagai buronan yang pada awalnya jadi penyebab semua itu malah membuatnya terseret ke dendam masa kecilnya yang suram, kehilangan kedua orangtuanya saat kecil, dan rangkaian puzzle di usia sembilan tahunnya. But how? Silahkan cari di toko buku terdekat.  (yang jauh juga gak apa2)
Uniknya selama pelariannya, Thomas banyak dibantu sahabat-sahabatnya di klub bertarung. Klub ini mirip klub di film "fight club"-nya David Fincher yang ada Brad Pitt, Edward Norton, sama Helena Bonham Carter atau klub di novel Chuck Palahniuk dengan judul yang sama dengan filmnya.
Buku ini 'seolah' menggambarkan kondisi negara kita ini pada kasus bailout Bank Century setelah krisis yang terjadi di beberapa negara (diakui atau tidak, termasuk Indonesia) akibat kredit macet yang dikenal sebagai suprime mortgage di AS. Namun fiksi tetaplah fiksi, yang tak kalah seru dengan kisah nyata. Lebih menariknya, buku ini banyak berbicara sudut pandang ekonomi yang, oleh penulisnya, dijabarkan dengan santai seperti membaca novel (lha emang novel..!) atau kayak baca koran sore dengan ditemani kacang goreng. Hehe...
Alur yang loncat-loncat dari kisah pelarian ke masa lalu Thomas dan Opa-nya Thomas kadang membuat tidak nyaman karena kadang memutus kisah seru pelarian ini. Namun, ini mempermudah menarik benang merah setiap kejadian dengan kepingan masa lalu Thomas dan sang Opa.
Seberapa menarikkah? Pernah ngebayangin densus 88 ditipu anak bau kencur lulusan sekolah bisnis? Pernah ngebayangin seberapa parah korupnya sebuah sistem? Pernah ngebayangin sistem negara kita dikorupsi tapi sebatas fiksi?

0 comments:

Posting Komentar